Iberamsyah Barbary lahir di Kandangan – Kalsel, 02 Januari 1948. Pensiunan Pegawai BUMN ini aktif menulis dari tahun 1963 s/d 1972 dan kembali aktif menulis lagi 2008 sampai dengan sekarang. Dalam data-data Kesenian Daerah Kalsel proyek Pusat Pengembangan Kesenian Kalsel Depdikbud 1975/1976 dia dimasukkan dalam priodesasi kesastraan Kalsel angkatan 70. Pada masa tahun 70-an itu karya puisinya banyak diterbitkan Harian Lokal seperti Banjarmasin Post, Gawi Manuntung dan Dinamika Berita,di luar Kalsel seperti Media Jakarta Al,Mingguan Um Pembina,Suara Pembangunan,Minggguan Mutu dan Horizon Baru. Menjalani masa pensiun dia berdomisili di Komp Perumahan Banjarbaru Permai Jl. Padang no 67 Banjarbaru – Kalsel ,70712, telp. 0511-4782040 dan hp 081381667070
RANJANG
Ranjang siang ranjang malam
Aku dan dia berbagi mimpi
Mengaduk cinta, menterjemahkan cinta
Digelinjang ranjang, kami terbuai
Membagi kasih
Membelah buah semangka, mereguk merah manis, melepas dahaga jiwa
Ranjang siang ranjang malam
Tertinggal di kampung sunyi
Aku dan dia masih berbagi, satu guling satu bantal
Memeluk cinta senja hari, rona birahi
Digelinjang ranjang, terkekeh tawa yang kesejuta
Menguliti kelapa tua, alut berserabut
Memeras santan sitampuk manis
Menyelesaikan malam, rasa tak bertepi
Ranjang siang ranjang malam
Tempat kami menterjemahkan mimpi
Menyemai cinta, menumbuhkan kasih
Mengelopak bunga, dahaga memetik buah
Terbayar tunai, cinta berbuah kasih
Depok, Mei 2011
KABAR DARI BANUA
“kepada : Prof. Denny Indrayana”
Ada kabar dari banua :
Kembang kampung yang dulu kita intip di jendela
Kita kejar dengan kuda kacang sambil mengangkut pisang
Kerling mata kita mengambang didadanya, cita-cita
Ada gairah, kita tak sanggup memeluknya, hasrat
Tak punya pengalaman, keberanian siasat cinta
Sudah jadi janda ! terkoyak ditelantarkan para bujang
Dalam bentuk ampas sisa
Katanya dari orang yang bisa dipercaya ;
Banyak kawin kontrak, penghulu mabuk kepayang
Menikahkan pemodal kawin belang
Membuka pintu langit, memetik bintang
Mengapling singgasana
Tak peduli istri tua penjaga martabat
Kebakaran kerudung suci pembukus aurat
Kita sekolah sudah S3, untuk modal meminang
Pulang-pulang, kembang kampung sudah jadi janda kedaluarsa
Tinggal keriput ngelangsa, lobang-lobang menganga, menangkap bencana
Amanat ibu : cari bujang-bujang pemerkosa,
Nikahkan dihadapan KPK sekarang juga
Agar langit martabat, adat banua terjunjung harkat
Anak cucu tidak salah prasangka
Banjarbaru, April 2011
MENGEJAR LAYANG-LAYANG PUTUS
Layang-layang tinggi diawan, menawan
Melayang putus memberi harap
Tapi kemana angin berhembus
Antara terpegang, apa pupus
Jauh sudah kaki terseret hasrat
Kepala tengadah, mata lurus tak berkedip
Alangkah indah tersangkut dihati
Layang-layang gagah terundak lagi
Kelayangan putus diawan
Terombang-ambing jiwa menanti
Banyak penggalah menjuluk harap
Tak tahu basa basi lagi
Layang-layang tercabik, kerangka patah
Hilang arti, semua tak terbagi
Jiwa menangis, harap tak terundak
Layang-layang melayang putus
Biarkan terundak oleh angin berhembus
Menghias awan putih berarak
Kemana sangkut nasib bertaut
Mata memandang, alam merebut.
Depok, Mei 2011
PENGANTEN SURGA
Dia masih muda
Lelaki remaja dengan bidadari dihatinya
Ingin kawin di surga, katanya
Mahar dibayar tunai, raganya terburai
Jiwanya melayang, sang penganten menuju surga
Tapi beritanya masih tertinggal didunia
Fatwa aqidah merasuk jiwa
Menutup, jalan lain menuju surga
Masa bodoh, ibu bapak, saudara
Kafir telah melata?!
Ini fatwa dari penyair;
Tapi jangan aku dituding kafir
Sekedar ingin kawin disurga
Jangan dendam kesumat diseberang lautan
Amuk dalam rumah sendiri
(kita tidak sedang dalam perang)
Tidak baik didengar tetangga, dan
Jangan mengusik penjaga neraka
Depok, Mei 2011
GALAU
Hari-hari, kemarin juga
Bahkan hari ini
Galau menyisir hati yang kusut
Aku cemberut berat
Walau sekedar untuk tengadah
Ada sandiwara, ngeluruk angin membungkus matahari
Riak cerita berselancar diayun gemlombang janji,
Itu-itu juga
Rona dusta, nyata diantara kita
Mati rasa, menatap kata
Tidak tahu basa
Setan kesurup, memeluk bebal,
Bakal membala
Apakah sudah mengerti...!?
Sudah ada bisikan alam
Ulat-ulat langit turun berjamaah
Meranggas pasti, menserakahi dedaunan
Rumput yang terpijakpun tinggal akar,
Melekati bumi yang sabar
Cacing penunggu setia daun daun gugur,
Tidak terbagi, lupa berbagi
Bak bunga bangkai mekar mempesona
Mumpung acuh dalam kepompong
Galau hari-hari ini
Kemana lagi memaut hati
Untuk satu kata,
Jangan sampai terjadi
Bala memendam galau,
Dalam-dalam
Liang lahat menyempit,
Menghimpit.
Astagfirullah.
Banjarbaru - Depok April 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar