Selamat datang di Kawasan Penyair Nusantara Kalimantan Selatan. Terima kasih atas kunjungan Anda.

Minggu, 14 Oktober 2007

Arsyad Indradi ( Banjarbaru )


Lahir di Barabai, 31 Desember 1949. Pernah dijebloskan ke penjara bersama 15 seniman Banjarmasin karena perang melawan tirani (1972). Pernah kuliah di Akademi Teater dan Film Banjarbaru (1985). S1 Bahasa Indonesia dan Seni STKIP, Bahasa dan Sastra Indonesia Unlam Banjarmasin. Pendiri Galuh Marikit Dance Group dan Kelompok Studi Sastra Banjarbaru. Pernah Juara I,II,III Lomba Cipta Lagu Kanak-Kanak se-Kalsel (1987). Mendapat penghargaan dari Majelis Bandaraya Melaka Bersejarah pada Pesta Gendang Nusantara 7 Malaysia (2004), dan penghargaan seniman Tari dari Walikota Banjarbaru (2004). Pengajar mata kuliah Seni Tari/Drama FKIP jurusan PGTK / PGSD Unlam Banjarbaru. Kumpulan puisi tungggalnya Nyanyian Seribu Burung (2005) Narasi Musafir Gila (2006) Romansa Setangkai Bunga (2006) Kalalatu (2006) dan bersama Jejak Berlari (1970), Tamu Malam (1992),Jendela Tanah Air (1995), Rumah Hutan Pinus (1996), Gerbang Pemukiman (1997), Bentang Bianglala (1998), Cakrawala (2000), Bahana (2001),Tiga Kutub Senja (2001), Bulan Ditelan Kutu (2004), Anak Zaman (2004), Baturai Sanja (2004), Dimensi (2005). Salah satu puisinya :

Darah

Adalah langit darah berdarah
Tak habishabis jadi laut berabadabad telah
tak berpaus di atasnya rajah perahu Nuhmu
tak singgahsinggah pada dermaga darahku
Hu Allah darahku hanyut dalam darahmu
kutubku tenggelam dalam kutubmu
menghempas napas darahku membatubara
di kunci rahasia Alifmu Alif Alif
darah Adamku yang terdampar di bumi
yang rapuh berabadabad mencari darah Hawaku
yang rapuh tersesat di belantaramu meraung
darah laparku mencakarcakar mencari darahku
beri aku barang setetes Hu Allah
getar alir napas menyeru darahmu
mengalir darah mataku mengalir darah musafir
di sajadahmu mengalir menuju rumahmu

darah hidupku Hu Allah
darah matiku Hu Allah
darah hidupmatiku Hu Allah
darah raungku Hu Allah
darah cakarku Hu Allah
darah laparku Hu Allah
darah hausku Hu Allah
darah ngiluku Hu Allah
darah rinduku Hu Allah
manakala darah tak keringkering
mendustakan firmanmu dan tak hentihenti
berpaling pada jalanmu
malam tak lagi malam siang tak lagi siang
bulan bintang matahari kehilangan terang
apatah lagi yang mampu meneteskan
darah kehidupan Hu Allah

semesta bergoncang Hu Allah
arasy pun bergoncang Hu Allah
darahku aujubillah
darahku astagfirullah
darahku subhanallah
Allah

Banjarbaru, 2004