Selamat datang di Kawasan Penyair Nusantara Kalimantan Selatan. Terima kasih atas kunjungan Anda.

Minggu, 14 Oktober 2007

Hamami Adaby ( Banjarbaru )


Lahir di Banjarmasin, 3 Mei l942. Kumpulan puisi sendiri : Desah (1984), Iqra (1997), 3 judul buku puisi Dunia Telur, keumba dan Nyanyian Seribu Sungai disatukan judul : Nyanyian Seribu Sungai (2002), Bunga Angin (2002), Akuarium (2005), dijadikan satu judul : (Bunga Angin), Dermaga dan Refleksi (2003), dijadikan satu judul : Dermaga. Bahasa Banjar Uma Bungas Banjarbaru (2004). Antologi bersama : Banjarbaru Kotaku (1974), Dawat (1982), Bunga Api (1994), Bahalap (1995), Pelabuhan (1996), Jembatan Asap (1998), Bentang Bianglala (1998), Cakrawala (2000), Tiga Kutub Senja (2001), Bahana (2001), Narasi Matahari (2002), Notasi Kota 24 Jam (2003), Bulan Ditelan Kutu (2004), Anak Zaman (2004), Baturai Sanja (2004), Bumi Menggerutu (2005), Dimensi (2005), Garunum (2005) Pernah juara I Panggung Pelajar Banjarbaru (Deklamasi, 1962), juara I mengarang Puisi Hari Ibu (1972), juara I syair hymne Penastani Kalsel dan juara I Nasional (1980 dan 1983), Menerima piagam seni dari Walikota Banjarbaru (2004). Salah satu puisinya :

Tentang Rasa
(: Ide Nusantara,Arsyad Indradi)

Terasaku serasa rasa seperti kamu
yang terasa dalam perasaan ada rasaku
rasa nikmat terasa dalam perasaan
disyukuri nikmat bertaut makna

Di darah merah kita mewarna sewarna
lalu bagaimana rasa yang ditiup hembus angin
bermakna esa nafas yang ada rasa
diraba rasa dirasa belum lagi sempurna
dikepak sayap usia

Yang kau beri aku rasa susu lezatkah rasa ?
dalam kental warna teraba rasa
antara buah jakun dan perut, habis warna
makna terasa dalam seribu rasa
Tapi ada zat pewarna yang mengubah rasa
cacing-cacing melipat tanah, ulat melipat warna
gulung menggulung daun perasa terhimpit sisa warna
cahaya siapa datang membangun rasa
dalam rumah tanpa penghuni

Ada jendela rasa yang mengeliatkan rasa
dalam rasa, rasaku dan rasanya
Adalah rasanya seniman lapar tak terasa
haus dahaga menatah rasa jadi perasa sejati
seniman kutub berkiblat rasa renyuh suara kecapi
katanya adakah seniman yang kaya raya
kalau ada potong lidahnya, rasakan perihnya
berdarah-darah dalamkeping rasa
Adakah seniman terdengar korupsi ?
kalau dugaan itu benar, paling mengorup kata-kata
boleh juga kalau memang demikian
Rasaku, rasa engkau dan kalian berbeda warna.

Banjarbaru, 10 Februari 2005

Tidak ada komentar: