Lahir di kota Marabahan, 1 Januari 1965.Sarjana FISP Unlam Banjarmasin dan Master Administrasi Program Pasca Sarjana FISIPOL UGM YogyakartaMulai menulis puisi sejak tahun 1980-an. Publikasi puisinya antara lain : di Banjarmasin Post. Pernah 10 besar Lomba Puisi Hari Pancasila (1987), 10 besar Lomba Tulis Puisi Bahasa Banjar (1992 dan 1994 ), Selain menulis puisi juga artikel umum dan sastra serta tampil sebagai nara sumber seminar dan sarasehan sosial politik dan ekonomi. Antologi puisi bersama : Jendela Tanah Air (DK Prov.Kalsel,1995) dan Narasi Matahari ( 2002 ). Kumpulan cerpennya : Gadis Dayak ( 2004 ).
Kepada Daun
Aklu ingin kalian berdoa
Agar tidurku tak bangun lagi
Dan lelap
Rebah disisiNya
Kemarin pagi Aku kawatir sekali
Burung – burung tak pernah memurkai sesama
Kupu – kupu juga tak biasa mengisap sesama
Daun – daun tak juga pernah jatuh sia – sia
Daun itu berkata : wahai bumi sini aku pupuk tanahmu dengan lembar
Rantingku
Aku merasa hina dihadapan burung, kupu dan daun
Sebab sesamaku kini saling memangsa
Saling memurka, mengisap
Sesamaku saling membantai dan saling melenyapkan
Aku getir sekali
Dan mengharap kalian berdoa sahaja
Agar tidurku tak bangun lagi
Rebah disisiNya
Marabahan Pebruari 02
Orang - Orang Riam
Sejak masa kanak aku tak paham ada apa dengan omongan demokrasi
Koran hari ini masih menderukan berita orang – orang yang terusir
dan seorang tetangga yang digelandang ke markas polisi
demonstran, “makin banyak saja orang yang menipu kekuasaan “
Kalau pemimpin telah kehilangan cinta
merampok uang rakyat adalah kehormatan
Koran hari ini masih berteriak orang – orang yang lolos jerat hukum
aku tak mengerti
sejarah melipat sendiri masa depan lalu mengubur masa lalunya
Hari ini tak ada yang perlu dirisaukan ?
Tetapi orang – orang usiran selalu bertanya. Kami seringkali meradang
pemimpin makin lihai berbuat rampok
sementara perampok sudah pandai berkhotbah tentang moralitas
Mahasiswa.”makin banyak saja kekuasaan menindas rakyat”
orang – orang Riam telah menundukkan kepalanya
Hingga mencekuk ke lutut sunyi
Sejarah telah lama memintal berjuta air mata
dari kuburan anak – anak ditenggelamkan
Menyentuh batu
Sejak kanak aku tak paham ada apa
omong kosong demokrasi
Riam Kanan Pebruari 02 ( dari : Narasi Matahari,Kilang Sastra,2002 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar