Selamat datang di Kawasan Penyair Nusantara Kalimantan Selatan. Terima kasih atas kunjungan Anda.

Minggu, 23 Desember 2007

A.Setia Budhy ( Banjarbaru )


Lahir di kota Marabahan, 1 Januari 1965.Sarjana FISP Unlam Banjarmasin dan Master Administrasi Program Pasca Sarjana FISIPOL UGM YogyakartaMulai menulis puisi sejak tahun 1980-an. Publikasi puisinya antara lain : di Banjarmasin Post. Pernah 10 besar Lomba Puisi Hari Pancasila (1987), 10 besar Lomba Tulis Puisi Bahasa Banjar (1992 dan 1994 ), Selain menulis puisi juga artikel umum dan sastra serta tampil sebagai nara sumber seminar dan sarasehan sosial politik dan ekonomi. Antologi puisi bersama : Jendela Tanah Air (DK Prov.Kalsel,1995) dan Narasi Matahari ( 2002 ). Kumpulan cerpennya : Gadis Dayak ( 2004 ).

Kepada Daun

Aklu ingin kalian berdoa

Agar tidurku tak bangun lagi

Dan lelap

Rebah disisiNya


Kemarin pagi Aku kawatir sekali

Burung – burung tak pernah memurkai sesama

Kupu – kupu juga tak biasa mengisap sesama

Daun – daun tak juga pernah jatuh sia – sia

Daun itu berkata : wahai bumi sini aku pupuk tanahmu dengan lembar

Rantingku


Aku merasa hina dihadapan burung, kupu dan daun

Sebab sesamaku kini saling memangsa

Saling memurka, mengisap

Sesamaku saling membantai dan saling melenyapkan


Aku getir sekali

Dan mengharap kalian berdoa sahaja

Agar tidurku tak bangun lagi

Rebah disisiNya



Marabahan Pebruari 02



Orang - Orang Riam


Sejak masa kanak aku tak paham ada apa dengan omongan demokrasi

Koran hari ini masih menderukan berita orang – orang yang terusir

dan seorang tetangga yang digelandang ke markas polisi

demonstran, “makin banyak saja orang yang menipu kekuasaan “


Kalau pemimpin telah kehilangan cinta

merampok uang rakyat adalah kehormatan

Koran hari ini masih berteriak orang – orang yang lolos jerat hukum

aku tak mengerti

sejarah melipat sendiri masa depan lalu mengubur masa lalunya

Hari ini tak ada yang perlu dirisaukan ?


Tetapi orang – orang usiran selalu bertanya. Kami seringkali meradang

pemimpin makin lihai berbuat rampok

sementara perampok sudah pandai berkhotbah tentang moralitas


Mahasiswa.”makin banyak saja kekuasaan menindas rakyat”

orang – orang Riam telah menundukkan kepalanya

Hingga mencekuk ke lutut sunyi


Sejarah telah lama memintal berjuta air mata

dari kuburan anak – anak ditenggelamkan

Menyentuh batu


Sejak kanak aku tak paham ada apa

omong kosong demokrasi


Riam Kanan Pebruari 02 ( dari : Narasi Matahari,Kilang Sastra,2002 )


Tidak ada komentar: